Pertanian Berkelanjutan dan Biosistem, Jalan Menguatkan Ketahanan Pangan Selepas Pandemi
MR.COM, PADANG - Pertanian dan pangan menjadi sektor yang tidak luput terkena imbas pandemi covid-19. Padahal selama 6 tahun terakhir, sebagaimana dirilis oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sector pertanian selalu mampu menunjukkan resiliensi dalam masa krisis dan menunjukkan peran sebagai penyangga perekonomian.
Upaya meningkatkan peran sektor pertanian, pengembangan sistem pangan yang berkelanjutan menjadi sebuah syarat utama.
Pengembangan pertanian berkelanjutan dengan peningkatan skala usaha melalui integrasi hulu-hilir serta pelibatan teknologi dalam lingkup korporasi menjadi prasyarat dalam peningkatan daya saing komoditas pertanian, baik untuk pemenuhan dalam negeri maupun orientasi ekspor.
Menyadari krusialnya pertanian berkelanjutan berbasis biosistem sebagai elemen ketahanan pangan baik nasional maupun global, maka Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand) menaja konferensi internasional secara webinar, Kamis (24/11).
Konferensi Internasional tentang Pertanian Berkelanjutan dan Biosistem atau International Conference on Sustainable Agriculture and Biosystem (ICSAB) 2022, mengangkat tema "Sustainable Agriculture and Biosystem for Better Life - Post Pandemic Period" atau "Pertanian Berkelanjutan dan Biosistem untuk Kehidupan Lebih Baik Pascapandemi.
ICSAB 2022 merupakan konferensi kelima yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Tema konferensi tahun ini adalah "Sustainable Agriculture and Biosystem for Better Life - Post Pandemic Period". Meskipun konferensi ini dilakukan secara daring, namun tidak mengurangi semangat para peneliti untuk mengikuti acara ini.
Melalui ini, kami dengan bangga menyediakan platform yang tepat untuk diskusi dan transfer informasi penelitian terkini, inovasi teknologi baru, dan aplikasi praktis dalam disiplin ilmu yang berkaitan dengan pertanian berkelanjutan.
Ketua panitia ICSAB 2022 Khandra Fahmy mengatakan ICSAB 2022 merupakan konferensi kelima yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Andalas. ISCAB kali ini berkolaborasi dengan Fakultas Perkebunan dan Agroteknologi, Universiti Teknologi MARA Malaysia, dan didukung oleh Universitas Ehime Jepang, Universitas Maejo Thailand, Universitas of Khartoum Sudan, dan Universiti Technologi Brunei, Brunei Darussalam.
Meskipun konferensi ini dilaksanakan secara virtual, sambungnya, namun tetap memberikan semangat kepada para peneliti untuk berpartisipasi.
Melalui konferensi ini, Fateta Unand memfasilitasi platform ilmiah untuk diskusi dan transfer informasi penelitian saat ini, inovasi teknologi baru, dan aplikasi praktis dalam disiplin ilmu berkaitan dengan pertanian berkelanjutan.
“Ada 174 makalah yang dipresentasikan secara lisan dan melalui presentasi poster selama konferensi ini. Makalah lengkap terpilih yang dipresentasikan selama konferensi sedang dipersiapkan untuk diterbitkan dalam IOP Proceeding,” beber Khandra, dalam pers rilis untuk media.
Dia menambahkan, setiap anggota komite memberikan kontribusi yang signifikan terhadap suksesnya acara.
“Kami berterima kasih kepada semua orang atas dukungan mereka yang berharga. Akhirnya, aktif atas nama dewan penasehat konferensi dan panitia penyelenggara, saya ingin mengungkapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kami sampaikan kepada Rektor Universitas Andalas, semua peserta, kolega, pembicara utama, serta UiTM atas dukungan mereka yang sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pertemuan ilmiah ini,” kata Khandra yang saat ini juga menjabat Direktur Kemahasiswaan Unand ini.
Dekan Fateta Alfi Asben menyebutkan, Fakultas Teknologi Pertanian telah mempertimbangkan isu pertanian berkelanjutan dan biosistem sangat penting bagi pembangunan di sektor pertanian.
Dikatakannya, populasi dunia meningkat pesat, disaat bersamaan pertanian dunia menghadapi tantangan kritis.
“Meningkatnya permintaan dari memproduksi dan mendistribusikan makanan dan serat yang cukup, ditantang oleh ketakutan alami dari persoalan sumber daya,” ungkapnya.
Rektor Unand Yuliandri yang memberikan kata sambutan, menyebutkan, Fateta Unand menjadi fakultas kesebelas di Universitas pada tanggal 15 Mei 2008. Sejak saat itu, Fateta Unand secara konsisten memberikan kontribusi tidak hanya dalam memberikan layanan pendidikan yang luar biasa, tetapi juga dalam mengusulkan inovasi teknologi. berkaitan dengan praktik pertanian.
Sebagai Rektor Unand, Yuliandri mengatakan konferensi ini merupakan platform yang bagus untuk memfasilitasi kolaborasi intensif dan transfer ilmu pengetahuan.
“Meskipun tahun ini masih diadakan secara virtual, namun saya berharap, konferensi ini memberi kita kesempatan besar untuk bertukar ilmu pengetahuan, serta membangun jaringan menjadi komunitas yang kuat dari persekutuan intelektual dan professional,” sebutnya.
ICSAB tahun ini menghadirkan 5 orang pembicara kunci (keynote speakers) dan 174 makalah yang masuk. Untuk 5 orang pembicara kunci yakni, Prof. Hiroki Oue, The Dean of United Graduate School of Agricultural Science, Ehime University, Japan; Assoc. Prof. Ts. Dr Shamsiah Abdullah Faculty of Plantation and Agrotechnology, UiTM Malaysia; Patpent Penjumras, PhD, Maejo University, Thailand; Dr. Wida Susanty Haji Suhaili, Universiti Teknologi Brunei, Brunei Darussalam; Suha Gaafar B. Elsoragaby, Ph.D, University of Khartoum, Sudan; dan Dr. Renny Eka Putri, Faculty of Agricultural Technology Andalas University, Indonesia.
Salah seorang Keynote Speaker dalam ICSAB 2022, Prof. Hiroki Oue dari Ehime University Japan, mengemukakan pembahasan tentang Perbandingan dalam Konduktansi Stomata dan Laju Transportasi Elektron dari Empat Kultivar Beras Jepang. Dikatakannya, kondisi iklim global dengan cuaca yang tidak menentu, dan dipengaruhi oleh suhu udara yang tinggi, produksi dan kualitas beras telah dilaporkan menurun.
Menurutnya, memilih panas kultivar toleran merupakan salah satu penanggulangan masalah ini.
“Sebagai pendekatan mekanisme toleransi panas beras, sifat konduktansi stomata (gs) dan laju transpor elektron (ETR) dibandingkan antara empat kultivar; Koshihikari (KH), Nikomaru (NM), Hinohikari (HH) dan Himenorin (HR) kultivar baru yang dikembangkan di Prefektur Ehime,” terang Hiroki.
Pembicara kunci lainnya, Renny Eka Putri memaparkan hasil penelitiannya dengan judul ‘Pertanian Presisi: Jalan Ke Depan di Mekanisasi Pertanian. Dijelaskan Renny, salah satu cara untuk mencapai target produksi tanaman adalah dengan meningkatkan hasil rata-rata tahunan melalui penggunaan varietas unggul, adaptasi teknik pertanian presisi, tepat pengelolaan tanaman selama masa tanam, dan penanganan tanaman yang tepat untuk mengurangi kehilangan gabah sebelum dan sesudah panen.
Menurutnya, mekanisasi dan teknik pertanian presisi selalu diprioritaskan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan pemanfaatan input efisiensi produksi pertanian.
“Kapasitas lapangan mesin pertanian untuk tanaman budidaya biasanya jauh lebih tinggi daripada tenaga kerja manual. Misalnya kapasitas pengolahan tanah dengan traktor tangan yang memiliki kapasitas mesin 3,7 kW adalah sekitar 1,5 kali kapasitasnya hewan sementara, kapasitas perontokan untuk pemanen listrik (5,3 kW) kira-kira 6 kali lipat kapasitas membanting,” bebernya.
Dengan demikian, sambung Renny, penggunaan mesin pertanian dapat dilakukan secara signifikan meningkatkan kapasitas untuk berbagai operasi pertanian.
“Banyak upaya penelitian di sekitar dunia telah menunjukkan bahwa pertanian presisi memiliki potensi untuk meningkatkan keuntungan dalam suatu ekosistem pertanian. Pertanian presisi mengelola setiap input produksi (misalnya pupuk, air, batu gamping, herbisida, insektisida, dan benih) di lokasi tertentu untuk mengurangi limbah, meningkatkan keuntungan dan menjaga kualitas lingkungan,” ungkap Kepala Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (TPB) Fateta Unand ini.
Pembicara kunci lainnya yang berasal dari University Of Khartoun, Suda, Suha Gaafar memaparkan hasil risetnya soal ‘Kinerja Lapangan, Penggunaan Energi, dan Gas Emisi Rumah Kaca dari Operasi Tillage Pada Produksi Beras.
Dia mengatakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai operasi pengolahan tanah di sawah lahan basah melalui kinerja, distribusi waktu lapangan, distribusi pengeluaran energi, dan gas emisi rumah kaca. Metode riset dilakukan berdasarkan lintasan pengolahan tanah yang berbeda.
“Itu hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas lapangan efektif dan teoritis, efisiensi lapangan, jam tenaga kerja, konsumsi bahan bakar, dan kecepatan operasi,” imbuhnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa 80,7% dari total waktu yang dihabiskan untuk operasi olah tanah aktual sementara 17% dan 2,3% dari total waktu operasi dihabiskan untuk memutar dan membalikkan, masing-masing.
“Hasil juga menunjukkan yang tertinggi kontribusi terhadap pengeluaran energi adalah energi bahan bakar yang mewakili 90,99% dari total energi. Itu perkiraan energi manusia dari metode konvensional berbasis waktu berbeda secara signifikan dari energi manusia yang diperoleh melalui pengukuran langsung dengan Garmin,” tandasnya. (Penulis Rahmi Awalina/DDR)