Ramadhan Momentum Taubat Nasuha
Opini
Ditulis Oleh: Yuni Damayanti
Mitra Rakyat.com
Ramadhan adalah bulan mulia yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan ini pun mampu merubah banyak individu menjadi lebih religius, Ramadhan merupakan bulan yang mengandung peluang emas untuk bertaubat kepada Allah SWT.
Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam berpuasa di bulan ini, maka Allah SWT akan mengampuni segenap dosanya, sehingga ia diumpamakan bagai berada disaat hari ia dilahirkan ibunya. Setiap bayi yang baru lahir dalam ajaran Islam dipandang suci, murni tanpa dosa.
Wahai hamba Allah para pemburu ampunanya, marilah kita mengambil kesempatan emas ini untuk bertaubat. Sebab tidak ada seorang pun diantara manusia yang bebas dari dosa dan kesalahan. Setiap hari ada saja dosa dan kesalahan yang dilakukan baik itu sengaja maupun tidak.
Alangkah baiknya bulan ini kita semua berburu ampunan Allah SWT.
Kasih sayang Allah amat besar untuk hambanya, hal ini dikabarkan dalam hadist Qudsi riwayat Muslim no 4674 yang artinya” wahai hamba-hambaku! Setiap siang dan malam kalian senantiasa berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa.
Karena itu mohonlah ampunanku agar agar aku mengampuni kalian”. Olehnya itu mari mengikuti teladan kita Nabi Muhammad SAW. Beliau dikabarkan tidak kurang dalam sehari semalam mengucapkan kalimat istigfar seratus kali. Padahal beliau telah dijanjikan oleh Allah akan dihapuskan segenap dosanya yang lalu maupun yang akan datang.
Ibadah puasa Ramadhan ditunjukan untuk membentuk muttaqin (orang yang bertaqwa) sedangkan diantara karakter orang bertaqwa ialah sibuk bersegera memburu ampunan Allah SWT dan surga seluas langit dan bumi. “ Dan bersegeralah kamu kepadaampunan dari Tuhanmu yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Ali Imran 133), (era muslim,27/04/2020).
Ramadhan kali ini terasa beda dari tahun-tahun sebelumnya karena umat sedang menghadapi pandemi covid-19. Walau demikian bukan berarti adanya covid-19 lantas mengurangi kualitas ketaatan hamba kepada Rabbnya. Seharusnya Ramadhan kali ini justru menjadi momentum taubat nasuha, sebab wabah covid-19 ini sama dengan tha’un, bagi orang yang beriman itu adalah rahmat.
Di dalam riwayat Bukhori dari Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rosulullah SAW tentang tha’un. Lalu nabi berkata, Allah SWT memberi tahu bahwa ia adlah suatu azab yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya lalu Allah menjadikanya rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Tidaklah seorang hamba menderita penyakit tha’un lalu dia menetap di negerinya dengan kesabaran serta mengetahui bahwa tidaklah suatu musibah menimpa dirinya kecuali telah ditetapkan Allah atasnya kecuali dia akan diberikan ganjaran seperti ganjaran mati syahid.
Maka tidak heran jika kaum muslim banyak melakukan doa bersama, sholat taubat bersama secara online di berbagai wilayah di Indonesia.
Bahkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PB NU) pun menggelar istigosah, doa bersama, dan pertaubatan nasional memohon perlindungan dari Allah SWT agar pandemi virus corona segera berakhir. Dengan tema “ Doa bersama dan Pertaubatan Global Bersatu melawan Corona” itu digelar secara online pada Kamis, 9 April 2020, malam istigosah digelar secara serentak dan diikuti muslim diseluruh dunia, (detiknews, 07/04/2020)
Agar upaya doa semakin mengakar dan tak hanya sebatas seremoni semata. Maka harus ada langkah kongkrit untuk kembali kepada ketaatan sempurna kepada Allah SWT dengan cara menjalankan syariah Islam secara Kaffah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara sebagai perwujudan taubat nasuha yang sebenarnya.
Taubat adalah kembalinya seseorang dari perilaku dosa ke perilaku yang baik yang dianjurkan Allah SWT. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan betul-betul diatas dosa-dosa yang besar yang pernah dilakukan dimasa lalu.
Taubat nasuha adalah jalan terbaik yang ditunjukan Allah SWT sebagai cara agar hamba-Nya berusaha untuk memperbaiki diri atas dosa, maksiat dan kesalahan yang telah dilakukan dimasa lalu.
Keburukan dan kemaksiatan terbesar saat ini adalah pemimpin yang tidak menerapkan syariah islam. Pemimpin saat ini menerapkan sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang dilandasi oleh aqidah sekulerisme sehingga banyak pemimpin yang menipu dan menzalimi rakyatnya.
Sementara Rosul Saw bersada” barang siapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian dia tidak mencurahkan kesetiaanya, maka Allah haramkan baginya surga” (HR bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu Ramadhan di tengah wabah covid-19 ini seharusnya menjadi hidayah yang mampu mengantarkan pada taubat nasuha. Sebab covid-19 ini mampu menampar pemimpin yang sombong menolak syariat Allah SWT, kehadiran covid-19 membuktikan betapa lemahnya manusia dihadapan Allah, mereka bahkan kelabakan menghadapi makhluk kecil tak kasat mata yang kini menggegerkan dunia.
Dari covid-19 membuat kita menyadari untuk kembali kepada ketaatan sempurna kepada Allah Swt dan Rosulullah Saw sebagai suri tauladan kita, bahwa sudah saatnya kita meninggalkan aturan/ hukum buatan manusia dan kembali kepada aturan Allah SWT, wallahu a’lam bisshowab
Ditulis Oleh: Yuni Damayanti
Mitra Rakyat.com
Ramadhan adalah bulan mulia yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan ini pun mampu merubah banyak individu menjadi lebih religius, Ramadhan merupakan bulan yang mengandung peluang emas untuk bertaubat kepada Allah SWT.
Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam berpuasa di bulan ini, maka Allah SWT akan mengampuni segenap dosanya, sehingga ia diumpamakan bagai berada disaat hari ia dilahirkan ibunya. Setiap bayi yang baru lahir dalam ajaran Islam dipandang suci, murni tanpa dosa.
Wahai hamba Allah para pemburu ampunanya, marilah kita mengambil kesempatan emas ini untuk bertaubat. Sebab tidak ada seorang pun diantara manusia yang bebas dari dosa dan kesalahan. Setiap hari ada saja dosa dan kesalahan yang dilakukan baik itu sengaja maupun tidak.
Alangkah baiknya bulan ini kita semua berburu ampunan Allah SWT.
Kasih sayang Allah amat besar untuk hambanya, hal ini dikabarkan dalam hadist Qudsi riwayat Muslim no 4674 yang artinya” wahai hamba-hambaku! Setiap siang dan malam kalian senantiasa berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa.
Karena itu mohonlah ampunanku agar agar aku mengampuni kalian”. Olehnya itu mari mengikuti teladan kita Nabi Muhammad SAW. Beliau dikabarkan tidak kurang dalam sehari semalam mengucapkan kalimat istigfar seratus kali. Padahal beliau telah dijanjikan oleh Allah akan dihapuskan segenap dosanya yang lalu maupun yang akan datang.
Ibadah puasa Ramadhan ditunjukan untuk membentuk muttaqin (orang yang bertaqwa) sedangkan diantara karakter orang bertaqwa ialah sibuk bersegera memburu ampunan Allah SWT dan surga seluas langit dan bumi. “ Dan bersegeralah kamu kepadaampunan dari Tuhanmu yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Ali Imran 133), (era muslim,27/04/2020).
Ramadhan kali ini terasa beda dari tahun-tahun sebelumnya karena umat sedang menghadapi pandemi covid-19. Walau demikian bukan berarti adanya covid-19 lantas mengurangi kualitas ketaatan hamba kepada Rabbnya. Seharusnya Ramadhan kali ini justru menjadi momentum taubat nasuha, sebab wabah covid-19 ini sama dengan tha’un, bagi orang yang beriman itu adalah rahmat.
Di dalam riwayat Bukhori dari Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rosulullah SAW tentang tha’un. Lalu nabi berkata, Allah SWT memberi tahu bahwa ia adlah suatu azab yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya lalu Allah menjadikanya rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Tidaklah seorang hamba menderita penyakit tha’un lalu dia menetap di negerinya dengan kesabaran serta mengetahui bahwa tidaklah suatu musibah menimpa dirinya kecuali telah ditetapkan Allah atasnya kecuali dia akan diberikan ganjaran seperti ganjaran mati syahid.
Maka tidak heran jika kaum muslim banyak melakukan doa bersama, sholat taubat bersama secara online di berbagai wilayah di Indonesia.
Bahkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PB NU) pun menggelar istigosah, doa bersama, dan pertaubatan nasional memohon perlindungan dari Allah SWT agar pandemi virus corona segera berakhir. Dengan tema “ Doa bersama dan Pertaubatan Global Bersatu melawan Corona” itu digelar secara online pada Kamis, 9 April 2020, malam istigosah digelar secara serentak dan diikuti muslim diseluruh dunia, (detiknews, 07/04/2020)
Agar upaya doa semakin mengakar dan tak hanya sebatas seremoni semata. Maka harus ada langkah kongkrit untuk kembali kepada ketaatan sempurna kepada Allah SWT dengan cara menjalankan syariah Islam secara Kaffah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara sebagai perwujudan taubat nasuha yang sebenarnya.
Taubat adalah kembalinya seseorang dari perilaku dosa ke perilaku yang baik yang dianjurkan Allah SWT. Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan betul-betul diatas dosa-dosa yang besar yang pernah dilakukan dimasa lalu.
Taubat nasuha adalah jalan terbaik yang ditunjukan Allah SWT sebagai cara agar hamba-Nya berusaha untuk memperbaiki diri atas dosa, maksiat dan kesalahan yang telah dilakukan dimasa lalu.
Keburukan dan kemaksiatan terbesar saat ini adalah pemimpin yang tidak menerapkan syariah islam. Pemimpin saat ini menerapkan sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang dilandasi oleh aqidah sekulerisme sehingga banyak pemimpin yang menipu dan menzalimi rakyatnya.
Sementara Rosul Saw bersada” barang siapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian dia tidak mencurahkan kesetiaanya, maka Allah haramkan baginya surga” (HR bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu Ramadhan di tengah wabah covid-19 ini seharusnya menjadi hidayah yang mampu mengantarkan pada taubat nasuha. Sebab covid-19 ini mampu menampar pemimpin yang sombong menolak syariat Allah SWT, kehadiran covid-19 membuktikan betapa lemahnya manusia dihadapan Allah, mereka bahkan kelabakan menghadapi makhluk kecil tak kasat mata yang kini menggegerkan dunia.
Dari covid-19 membuat kita menyadari untuk kembali kepada ketaatan sempurna kepada Allah Swt dan Rosulullah Saw sebagai suri tauladan kita, bahwa sudah saatnya kita meninggalkan aturan/ hukum buatan manusia dan kembali kepada aturan Allah SWT, wallahu a’lam bisshowab