Musibah Banjir Semakin Parah
Opini
Ditulis Oleh: Wida Eliana
Pegiat Dakwah Dan Member Amk
Mitra Rakyat.com
Saat ini Indonesia sudah memasuki musim penghujan, bahkan dibeberapa daerah ada yang terendam banjir. Hujan deras yang terus menerus mengguyur mengakibatkan air sungai meluap dan jembatan jebol karena tak kuat menahan luapan air yang akhirnya merendam perumahan warga.
Sesuai prediksi, banjir di wilayah Rancaekek, kabupaten Bandung kali ini terbilang lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu tak lepas dari alih fungsi lahan resapan yang digunakan proyek besar seperti jalan tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan ( Cisumdawu) dan kereta cepat Indonesia - China (KCIC).
Hal itu diungkapkan oleh ketua fraksi DPRD kabupaten Bandung Cecep Suhendar ''kurang lebih 100 hektare lahan dihilir yang tadinya sawah di Rancaekek, kini beralih fungsi menjadi gunungam tanah proyek KCIC dan ratusan hektare lahan resapan di hulu sekarang sudah menjadi lokasi proyek tol Cisumdawu'' ujarnya saat dihubungi Minggu 26 Januari 2020.
Arus lalu lintas Bandung Garut terhambat akibat genangan air didepan PT Kahatex, arus lalu lintas dari arah bandung dan sebaliknya dialihkan. Genangan air setinggi 20-30cm atau betis orang dewasa terjadi didepan PT Kahatex, hal tersebut mengganggu para pengguna jalan yang melintas sehingga terjadi pelambatan arus lalu lintas.
Drainase yang ada tidak dapat menampung air, akibatnya antrian kendaraan pun tak terelakan. Kendaraan dari arah Cileunyi menuju Garut ekornya mencapai Cileunyi, sedangkan kendaraan dari arah Garut hampir mencapai Parakan Muncang.
Sungai Citarik sebagai anak sungai Citarum tidak bisa menampung air dan pada akhirnya luapan air tak tertahan menyebar kesekitar rumah warga dan tentunya masuk ke ruas jalan yang drainasenya tidak bisa mengalirkan air tersebut.
Islam tidak menolak kemajuan. Pembangunan infrastruktur untuk mempermudah transportasi yang dibutuhkan rakyat semestinya menjadi perhatian pemerintah. Akan tetapi dalam pembangunannya harus diperhatikan jangan sampai menzalimi rakyat kebanyakan.
Mesti diperhitungkan sejauh mana dampaknya bagi masyarakat. Mesti dikaji dengan matang oleh para ahli. Apalagi infrastruktur tersebut bukan untuk kepentingan rakyat tapi untuk kepentingan para kapitalis dan dibangun dengan berhutang.
Buktinya jalan-jalan di pelosok tanah air masih terabaikan, padahal masyarakat sangat membutuhkannya. Inilah realita pembangunan infrastruktur di sistem kapitalis, berbeda jauh dengan sistem Islam.
Maka sampai kapanpun selama pengaturan pemerintahan berdasar pada kapitalisme sekular, masalah banjir akan sulit teratasi, malah semakin parah. Penyelesaian hanya pada tataran teknis bukan pada akar masalahnya, hanya di hilir, sedangkan hulunya tidak tersentuh.
Islam telah menyediakan seperangkat aturan, jika dilaksanakan akan mendatangkan kemaslahatan. Sebaliknya bila menolak maka bencana akan Allah SWT timpakan sebagai peringatan.
Allah Swt berfirman, "musibah apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian) (QS asy-syara: 30).
Islam memiliki solusi yang komperhensif dalam upaya mengatasi banjir, yaitu dengan membangun bendungan-bendungan untuk menampung curahan air hujan, curahan air sungai dll. Memetakan daerah rawan banjir dan melarang penduduk membangun pemukiman didekat daerah tersebut.
Pembangunan sungai buatan, kanal, saluran drainase, dan sebagainya yaitu untuk mengurangi penumpukan volume air dan mengalihkan aliran air, membangun sumur-sumur resapan didaerah tertentu. Selain beberapa solusi diatas Islam juga menekankan beberapa hal penting lainnya yaitu pembentukan badan khusus untuk penanganan bencana alam.
Persiapan daerah-daerah tertentu untuk cagar alam, sosialisasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kewajiban memelihara lingkungan, kebijakan atau persyaratan tentang izin pembangunan, pembangunan yang menyangkut tentang pembukaan pemukiman baru, penyediaan daerah resapan air, penggunaan tanah dsb, Islam tidak akan mengijinkan alih fungsi lahan tidak sesuai syariat, karena akan berakibat fatal.
Itulah berbagai solusi dari masalah banjir yang sering dihadapi masyarakat. Selain point-point diatas juga menyertakan solusi penanganan korban banjir seperti penyediaan tenda, makanan, pengobatan, dan pakaian serta keterlibatan warga masyarakat sekitar yang berada didekat kawasan yang terkena bencana alam banjir.
Begitulah solusi Islam atasi banjir dan kebijakan Khilafah Islamiyah ini tidak hanya didasarkan pada pertimbangan rasional tetapi juga nash-nash syara.
Wallahu a'lam bii ash shawab.
Ditulis Oleh: Wida Eliana
Pegiat Dakwah Dan Member Amk
Mitra Rakyat.com
Saat ini Indonesia sudah memasuki musim penghujan, bahkan dibeberapa daerah ada yang terendam banjir. Hujan deras yang terus menerus mengguyur mengakibatkan air sungai meluap dan jembatan jebol karena tak kuat menahan luapan air yang akhirnya merendam perumahan warga.
Sesuai prediksi, banjir di wilayah Rancaekek, kabupaten Bandung kali ini terbilang lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu tak lepas dari alih fungsi lahan resapan yang digunakan proyek besar seperti jalan tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan ( Cisumdawu) dan kereta cepat Indonesia - China (KCIC).
Hal itu diungkapkan oleh ketua fraksi DPRD kabupaten Bandung Cecep Suhendar ''kurang lebih 100 hektare lahan dihilir yang tadinya sawah di Rancaekek, kini beralih fungsi menjadi gunungam tanah proyek KCIC dan ratusan hektare lahan resapan di hulu sekarang sudah menjadi lokasi proyek tol Cisumdawu'' ujarnya saat dihubungi Minggu 26 Januari 2020.
Arus lalu lintas Bandung Garut terhambat akibat genangan air didepan PT Kahatex, arus lalu lintas dari arah bandung dan sebaliknya dialihkan. Genangan air setinggi 20-30cm atau betis orang dewasa terjadi didepan PT Kahatex, hal tersebut mengganggu para pengguna jalan yang melintas sehingga terjadi pelambatan arus lalu lintas.
Drainase yang ada tidak dapat menampung air, akibatnya antrian kendaraan pun tak terelakan. Kendaraan dari arah Cileunyi menuju Garut ekornya mencapai Cileunyi, sedangkan kendaraan dari arah Garut hampir mencapai Parakan Muncang.
Sungai Citarik sebagai anak sungai Citarum tidak bisa menampung air dan pada akhirnya luapan air tak tertahan menyebar kesekitar rumah warga dan tentunya masuk ke ruas jalan yang drainasenya tidak bisa mengalirkan air tersebut.
Islam tidak menolak kemajuan. Pembangunan infrastruktur untuk mempermudah transportasi yang dibutuhkan rakyat semestinya menjadi perhatian pemerintah. Akan tetapi dalam pembangunannya harus diperhatikan jangan sampai menzalimi rakyat kebanyakan.
Mesti diperhitungkan sejauh mana dampaknya bagi masyarakat. Mesti dikaji dengan matang oleh para ahli. Apalagi infrastruktur tersebut bukan untuk kepentingan rakyat tapi untuk kepentingan para kapitalis dan dibangun dengan berhutang.
Buktinya jalan-jalan di pelosok tanah air masih terabaikan, padahal masyarakat sangat membutuhkannya. Inilah realita pembangunan infrastruktur di sistem kapitalis, berbeda jauh dengan sistem Islam.
Maka sampai kapanpun selama pengaturan pemerintahan berdasar pada kapitalisme sekular, masalah banjir akan sulit teratasi, malah semakin parah. Penyelesaian hanya pada tataran teknis bukan pada akar masalahnya, hanya di hilir, sedangkan hulunya tidak tersentuh.
Islam telah menyediakan seperangkat aturan, jika dilaksanakan akan mendatangkan kemaslahatan. Sebaliknya bila menolak maka bencana akan Allah SWT timpakan sebagai peringatan.
Allah Swt berfirman, "musibah apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian) (QS asy-syara: 30).
Islam memiliki solusi yang komperhensif dalam upaya mengatasi banjir, yaitu dengan membangun bendungan-bendungan untuk menampung curahan air hujan, curahan air sungai dll. Memetakan daerah rawan banjir dan melarang penduduk membangun pemukiman didekat daerah tersebut.
Pembangunan sungai buatan, kanal, saluran drainase, dan sebagainya yaitu untuk mengurangi penumpukan volume air dan mengalihkan aliran air, membangun sumur-sumur resapan didaerah tertentu. Selain beberapa solusi diatas Islam juga menekankan beberapa hal penting lainnya yaitu pembentukan badan khusus untuk penanganan bencana alam.
Persiapan daerah-daerah tertentu untuk cagar alam, sosialisasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kewajiban memelihara lingkungan, kebijakan atau persyaratan tentang izin pembangunan, pembangunan yang menyangkut tentang pembukaan pemukiman baru, penyediaan daerah resapan air, penggunaan tanah dsb, Islam tidak akan mengijinkan alih fungsi lahan tidak sesuai syariat, karena akan berakibat fatal.
Itulah berbagai solusi dari masalah banjir yang sering dihadapi masyarakat. Selain point-point diatas juga menyertakan solusi penanganan korban banjir seperti penyediaan tenda, makanan, pengobatan, dan pakaian serta keterlibatan warga masyarakat sekitar yang berada didekat kawasan yang terkena bencana alam banjir.
Begitulah solusi Islam atasi banjir dan kebijakan Khilafah Islamiyah ini tidak hanya didasarkan pada pertimbangan rasional tetapi juga nash-nash syara.
Wallahu a'lam bii ash shawab.