Pekerjaan Pembangunan Jembatan Lolong Beraroma Persekongkolan Yang Rugikan Negara
Mitra Rakyat.com(Padang)
Perjalanan pekerjaan lanjutan pembangunan jembatan lolong(P.099) makin krusial dengan dugaan permasalahan yang melanda. Kali ini, proyek yang menelan anggaran negara sebesar Rp 15.424.481.000, dikerjakan PT. Cahaya Tunggal Abadi(CTA) diawasi PT. Winaguna Sarana Teknik(WST) beraromakan kongkalingkong dalam merugikan uang negara.
Berita terkait :
Para pekerja melakukan pekerjaan tanpa Alat Pengaman Diri(APD)
Sebab, proyek milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Provinsi Sumbar itu pada pelaksanaan diduga kuat langgar spesifikasi tekinis. Seperti, penggunakan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja(SMK3) pada proyek tersebut.Terpantau media, saat dilapangan pada Selasa (08/10) waktu lalu. Para pekerja melakukan pekerjaan tanpa menggunakan Alat Pengaman Diri(APD) yang biasa tercantum pada SMK3 didokumen kegiatan.
Produksi reademix di lakukan secara manual, diduga tidak sesuai spesifikasi
Pada adukan untuk produksi reademix isian tiang pancang yang dikerjakan secara manual disinyalir juga tidak sesuai spesifikasi.Terlihat, split untuk komposisi reademix diduga tidak sesuai. Karena, rekanan memakai spilit campuran dengan kerikil. Bahkan pasirnya pun disinyalir tidak sesuai dengan yang semestinnya. Pasir yang dipakai bewarna kuning, kuat dugaan tidak sesuai dengan speksnya.Parahnya, adukan komposisi pada reademix rekanan tidak menggunakan takaran.Begitu juga Bahan Bakar Minyak(BBM) alat berat, diduga BBM yang dipakai adalah BBM besubsidi. Apakah BBM subsidi boleh dipakai pada pelaksanaan proyek negara..?
Material Besi diduga tidak sesuai spesifikasi
Material besi pun diduga kuat tidak sesuai spesifikasi, karena besi ulir 13 yang dipakai bukan besi SNI, saat diukur menggunakan alat pengukur besi(skatmat) kurang satu milimeter dari ukuran sebenarnya.
Saat dikonfrotir kepada Johan sebagai pelaksan lapangan dari PT.CTA, via telpon 08126744xxx mengatakan, " kami membeli bbm dexlite ini bbm non subsidi, juga Beton kami membeli ke Jaya Sentrikon Indonesia(JSI), kata nya singkat, pada Senin(28/10).
"Kalau untuk material besi, kami menggunakan besi yang SNI, bukan besi banci", bantah nya.
Begitupun waktu dikonfirmasi terkait hal itu kepada Yufrizal atau akrabnya disapa (Al) selaku PPTK kegiatan, hingga berita diterbitkan belum ada beri tanggapan via telpon 082390611xxx, pada hari yang sama.
Hingga berita diterbitkan pihak media masih upaya konfirmasi pihak terkait lainnya.*roel*