Mitra Rakyat.com
Bulan Sya’ban adalah bulan ke-8 dalam penanggalan hijriyah. Bulan ini memiliki banyak keutamaan. Bulan ini pun merupakan bulan yang penuh kebaikan dan menjadi pintu menuju Ramadhan.
Siapa saja yang membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan menuai kesuksesan di bulan Ramadhan. Banyak hadist yang menjelaskan tentang keutamaan bulan ini. Akan tetapi banyak pula hadist lemah (dhaif) yang tersebar.
Tidak sedikit yang lalai untuk beramal sholeh karena yang sangat dinantikan adalah bulan Ramadhan. Mengenai bulan Sya’ban, Rasulullah saw bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّالْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Rasulullah saw pun memperingatkan keras agar umatnya tidak beramal tanpa tuntunan, agar umatnya mengikuti ajaran beliau dalam beramal sholeh. Jika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan tuntunan dalam suatu ajaran, maka tidak perlu seorang pun mengada-ada dalam membuat suatu amalan.
Islam sungguh mudah, kita hanya ikuti apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718). Dalam riwayat Muslim disebutkan,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Peristiwa Dan Keagungan Di Bulan Sya’ban
Bulan Sya’ban termasuk salah satu bulan yang diagungkan dalam Islam. Banyak riwayat menggambarkan kemuliaan-kemuliaan Bulan Sya’ban. Pertama, Perubahan arah kiblat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa peristiwa perubahan arah kiblat terjadi pada Bulan Syaban tepatnya pada tanggal ketiga belasnya.
Abu Hatim Al-Bustiy berkata, kaum muslimin melaksanakan salat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 17 bulan lebih tiga hari, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi saw untuk salat menghadap ke Kabah pada hari ketiga belas pertengahan Bulan Syaban.
Kedua, Bulan diangkatnya amal perbuatan seorang hamba. Imam Nasai meriwayatkan bahwa Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasulullah, mengapa aku melihat engkau berpuasa pada bulan Syaban tidak seperti yang engkau lakukan ketika berpuasa pada bulan-bulan yang lain?’ kemudian Rasul saw menjawab, “Pada bulan inilah, orang-orang banyak tidak menyadarinya yaitu bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan, pada bulan itulah amal-amal dihaturkan dan dilaporkan kepada Tuhan alam semesta. Oleh karenanya, aku ingin agar ketika amalku dipersembahkan kepada-Nya aku sedang berpuasa.”
Ketiga, Melaksanakan puasa sunnah. Sayidah Aisyah ra. berkata, “Tidak pernah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berpuasa pada suatu bulan lebih banyak dari bulan Syaban, karena pada bulan tersebut beliau berpuasa sebulan penuh.
Nabi saw bersabda, “Lakukanlah kebajikan sekuat yang kau sanggupi, karena Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim). Maksud sabda Nabi, “Sekuat yang kausanggupi,” adalah dalam melakukan ibadah hendaknya dilakukan dengan penuh semangat, motivasi tinggi, dan harapan kepada Allah, karena yang demikian akan menghilangkan kebosanan, kejemuan, dan keputusasaan.
Semua sifat-sifat negatif itu jika menyertai ibadah seseorang akan menjadi benalu yang merusak pahalanya. Allah SWT akan selalu melipatgandakan pahala selama hambaNya tekun dan semangat beribadah.
Sebaliknya, ketika kita dihinggapi rasa bosan, malas, dan putus asa dalam beribadah, maka Allah pun akan mengurangi atau bahkan menghentikan pahala-Nya. Karena, mereka telah menghilangkan kesinambungan dalam beribadah.
Keempat, Bulan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Disebut demikian karena menurut sebagaian ulama, salah satunya, Imam Al-Qusthulani dalam kitab Al-Mawaahib Al-Ladunniyyah bahwa ayat yang berisi perintah kepada kaum beriman untuk membaca salawat, turun di Bulan Syaban.
Karenanya, bulan Syaban dinamai pula dengan Syahrus Sholawaat (bulan bersholawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam). Kelima, Bulannya Al-Quran. Imam Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathoif Al-Maaarif menyebut sebuah riwayat tentang apa yang dilakukan para salaf di bulan Syaban yang diantaranya adalah menekuni Al-Quran.
Dia mengatakan, “Jika bulan Syaban telah tiba, umat Islam menekuni lembaran-lembaran Al-Quraan, mereka membaca Al-Quran, dan sekaligus mengeluarkan zakat hartanya untuk memberi kekuatan kepada orang yang lemah dan miskin dalam menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Keenam, Memperbanyak membaca kalimat tauhid dan istighfar.
Bulan Sya`ban merupakan waktu yang mulia dan dimuliakan oleh Rasulullah saw. Sudah sepatutnya jika kita melakukan kegiatan-kegiatan yang senafas dengan kemulian bulan tersebut. Beberapa amalan berupa bacaan selain membaca salawat adalah memperbanyak membaca kalimat tauhid “Laa ilaaha Illallaah” dan membaca istighfar.
Cukup dengan Ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ
“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat amalan yang tidak ada tuntunannya. Karena (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.” (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih).
Rasulullah saw telah banyak memberikan tuntunan kepada kita semua diantaranya perintah untuk meninggalkan syirik terbesar yaitu meninggalkan hukum yang diterapkan saat ini yang bukan bersumber dari hukum yang Allah SWT turunkan yakni kapitalisme - demokrasi hukum kufur yang merusak aqidah umat. Belum lagi paham kebebasan sebagai turunannya yakni liberalisme yang masih diadopsi umat kebanyakan.
Merupakan kewajiban yang harus segera direalisasikan demi terlepasnya umat dari cengkeraman tersebut, yang telah menggurita sejak runtuhnya ketahanan kaum muslim dan hilangnya perisai umat dengan berakhirnya kepemimpinan Islam di Turki Usmani, Daulah Khilafah Islamiyah.
Untuk mengembalikannya, perlu kerja keras dari seluruh komponen umat, menyatukan barisan, menjaga ukhuwah agar pertolongan Allah SWT segera diraih melalui tangan-tangan kita, kita wajib menghentikan apa yang menyalahi hukum Allah SWT yang bisa mendatangnya murka-Nya, melaksanakan amal shalih, menggelorakan semangat dan berpartisipasi semaksimal mungkin untuk mewujudkan penegakan syariah Islam serta giat melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah SWT dengan memperjuangkan secara bersama-sama (berjamaah) tuk menegakkan DienuLlah dalam Khilafah Islamiyah.
Insya Allah orang yang beramal sesuai tuntunan Rasulullah saw, itulah yang akan sukses menuju Ramadhan dan merasakan nikmat telaga Rasulullah saw kelak.
Sedangkan orang yang melakukan ajaran tanpa tuntunan, itulah yang akan terhalang dari meminum air telaga yang penuh kenikmatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’
Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui ajaran yang tanpa tuntunan yang mereka buat sesudahmu.’ ”(HR. Bukhari no. 7049). Sehingga kita patut hati-hati dengan amalan yang tanpa dasar. Beramallah dengan ilmu dan sesuai tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah SWT tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan dari pada mendatangkan kebaikan.”
Wallahu ‘alam bi ash shawab [ANF]
Oleh : Adisa NF, A.Md
Member Akademi Menulis Kreatif5