"Pariwisata yang merupakan salah satu sektor pemasukan PAD, dikhawatirkan kurang berkontribusi melalui pajak dan retribusi, serta pengeluaran wisatawan,"ujar Darmawi pada Rabu(12/2/2025) di Padang.
Sementara Gubernur berharap kedatangan wisatawan domestik meningkat mencapai 20 juta, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Namun dengan adanya efesiensi anggaran tersebut, menurut Darmawi, peningkatan terhadap kunjungan wisatawan domestik mustahil tercapai di tahun 2025.
Alasannya, kata Darmawi, ditahun 2024 saja, di saat pesta Pileg dan Pilkada berlangsung, target pemerintah untuk mendatangkan wisatawan domestik tidak tercapai.
Ketua ASITA Sumbar itu menuturkan, apalagi ditahun 2025 ini ada pengurangan anggaran oleh pemerintah pusat. Secara, perjalanan dinas dari luar menuju Sumbar pun disinyalir juga berkurang dari tahun sebelumnya.
Sementara, dengan berkurangnya kunjungan dinas ke Sumbar sangat berpengaruh pada roda perekonomian masyarakat serta PAD Sumbar, karena mereka yang melakukan kunjungan dinas juga merupakan wisatawan domestik, ulasnya.
Namun dari kami, ASITA Sumbar untuk dapat meningkatkan PAD meskipun sepi kunjungan dari wisatawan domestik, kita harus meningkatkan kunjungan dari wisatawan mancanegara ketimbang wisata domestik.
"Kemarin angka kunjungan wisatawan mancanegara kita mencapai 76 ribu, nah ditahun ini kita berupaya bagaimana caranya kunjungan wisatawan mancanegara bisa mencapai angka 150 ribu," imbuhnya.
Karena, perbedaan pendapatan dari kunjungan wisatawan mancanegara dibandingkan dengan kunjungan wisatawan domestik itu hampir tiga kali lipat.
Secara benefit, kalau misalnya pendapatan dari kunjungan wisatawan domestik itu kita hitung tiga hari dua malam misalkan senilai 1 juta sampai 2 juta. Untuk untuk pendapatan dari wisatawan mancanegara bisa mencapai 2,5 juta sampai 3,5 juta.
"Jadi saya, khususnya bersama teman-teman di ASITA, kita lebih memilih sedikit membelot dari strategi pemerintah, kita lebih mengarah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara".
Kemudian, kenapa kita mengarahkan ke kunjungan wisatawan mancanegara, karena mancanegara tidak mengalami efisiensi. "Bahkan sekarang Malaysia itu telah jor-joran mengeluarkan anggaran untuk promosi,"ujar Darmawi.
Kemarin, tepatnya tanggal 10, saya kedatangan tamu dari Mitra, salah satu organisasi agen perjalanan atau tour dari Malaysia. Mereka datang kesini sebanyak 12 orang, dan kami sudah menjalin hubungan kerjasama, tandasnya.
Sebab pilihan mereka menjadikan Sumatera Barat sebagai destinasi wisata muslim sudah tepat. Di Indonesia provinsi Sumatera Barat sudah berlabel sebagai pariwisata alam yang didukung dengan 99,9 persen penduduk Sumbar adalah muslim.
Jadi harapan kita untuk meningkatkan PAD disertai dengan naiknya grafik roda perekonomian masyarakat. ASITA turun tangan memilih Malaysia sebagai hak pertama.
Karena pendapatan market kita dari kunjungan wisatawan mancanegara, 70 Pers disumbangkan oleh wisatawan Malaysia, disamping Brunei, Thailand, Australia dan negara lainnya, pungkas Darmawi.(cr)