MR.com, Sumbar| Kegiatan penyelenggaraan jalan provinsi disinyalir akan menjadi penyebab kerugian 6,1 miliar APBD Sumatera Barat. Kerugian terjadi pada paket pekerjaan pemeliharaan jalan provinsi ruas Padang Sawah Kabupaten Pasaman Barat dan Kumpulan di Kabupaten Pasaman (P.068).
Dilansir dari media Deliknews.com, bahwa Jalan Provinsi Sumbar Diaspal Saat Hujan, Warga Desak Bongkar Kembali. Warga setempat mendesak agar Dinas BMCKTR Sumbar memerintahkan pihak kontraktor untuk membongkar jalan yang diaspal tersebut.
Proyek bernomor kontrak: 620/135/KTR-BM/2022, senilai Rp 6.167.178.000, di kerjakan PT.Haryona dengan masa pelaksanaan 45 hari kalender dengan tanggal kontrak 9 November 2022.
Diduga proyek jalan provinsi di Kabupaten Pasaman penghamparan Hotmix dilakukan kontraktor disaat cuaca sedang hujan. Dan hal tersebut disaksikan oleh banyak masyarakat setempat.
Tak ayal, apa yang telah dilakukan PT.Haryona itu menuai sorotan tajam publik dan menimbulkan asumsi liar dikalangan pengamat pembangunan.
Sebab, uang negara yang dihabiskan untuk pekerjaan pemeliharaan jalan provinsi yang berada dibawah pengelolaan Dinas Bina Marga,Cipta Karya,Tata Ruang (BMCKTR) Sumbar disinyalir akan terbuang sia-sia.
"Karena, tujuan pemerintah untuk memberikan fasilitas umum yaitu jalan dengan mutu dan kualitas yang baik terindikasi tidak akan tercapai," demikian seorang pengamat pembangunan Ir.Sutan Hendy Alamsyah mengatakan pada Ahad(11/12/2022) di Padang.
Pengamat lulusan Fakultas Ilmu Sipil Universitas Indonesia (UI) Ir.Sutan Hendy Alamsyah menilai uang negara terbuang sia-sia, ulah pekerjaan curang kontraktor (PT.Haryona). Karena, diduga kuat rekanan bekerja tidak sesuai spesifikasi teknis dan labrak aturan, ungkapnya.
"Pekerjaan pengaspalan yang dilakukan ketika kondisi jalan masih dalam keadaan basah karena hujan akan sangat berpengaruh pada konstruksi, karena hasilnya tidak akan maksimal," ujar Sutan.
Kata Sutan Hendy, pengaspalan yang dilakukan oleh pihak rekanan tanpa mengikuti pedoman dan prosedur yang tertuang dalam buku mutu teknis pelaksanaan sangat berpotensi merugikan keuangan negara.
“Kita khawatir, kualitas ataupun mutu pekerjaan tidak sesuai dengan harapan, dikhawatirkan jalan tersebut tidak akan bertahan lama dengan kondisi yang baik” tegasnya.
Faktanya, sebut pengamat itu, ada beberapa titik ruas jalan, ditemukan mutu jalan aspal itu sangat tidak bagus. Hanya dengan menggunakan tangan, jalan aspal sudah selesai mudah terkelupas. Bagaimana kalau yang melewati jalan itu kendaraan bermuatan berat..?,kata Sutan.
"Sementara pekerjaan masih berjalan. Tetapi kondisi jalan yang baru selesai sudah ada yang rusak. Khawatir, pekerjaan pemeliharaan jalan ini hanya dijadikan sebagai ladang menumpuk kekayaan oleh sekelompok oknum di penghujung tahun," ujar Sutan.
Dirinya mengaku miris, PT Haryona selaku pelaksana pekerjaan pengaspalan jalan terkesan tak mengacuhkan kondisi hujan ketika pelaksanaan proyek tersebut.
"Ditambah lagi, PT.Triartha Nusa Engineering sebagai Konsultan Supervisi dan pihak Dinas terkait terkesan merestui pelanggaran spesifikasi teknis yang diduga dilakukan oleh kontraktor pelaksana itu," ujar Sutan.
Menurut informasi masyarakat setempat, penghamparan yang dilakukan diwaktu hujan oleh kontraktor itu ikut disaksikan oleh konsultan supervisi, imbuhnya.
Namun seperti biasa, kata Sutan lagi, apabila ada pertanyaan atau konfirmasi media terkait kerusakan jalan yang masa pekerjaan itu. Akan ada bahasa krusial "masih masa pemeliharaan".
"Kontraktor, dan pihak dinas akan saling membela dengan mengatakan pekerjaan masih dalam masa pemeliharaan, apabila ada yang rusak akan kita perbaiki," terangnya.
Ini sangat berbahaya, hanya dalam waktu 45 hari saja, uang negara 6,1 miliar dariAPBD Sumatera Barat terancam akan terbuang sia-sia ulah perbuatan sekelompok oknum yang hanya mementingkan keuntungan saja, tetapi mengenyampingkan mutu dan kualitas jalan yang mereka kerjakan, pungkasnya.
Hingga berita diterbitkan media masih upaya mengumpulkan data-data dan konfirmasi pihak-pihak terkait lainnya.(cr)