Seorang warga Jorong Sikilang, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Sumbar, AW (32) meninggal dunia saat hendak dibawa ke RSI Ibnu Sina (YARSI) Simpang Empat.
Sementara masyarakat Sikilang berharap, pemerintah benar-benar memperhatikan masyarakat yang bermukim dipinggir pantai. Kondisi jalan yang rusak itu membuat repot masyarakat yang mengalami sakit untuk segera mendapat perawatan medis.
Ia menerangkan, akses jalan sangat buruk, selain bergelombang dan berlobang, jalan-jalan yang dilalui pun akan diperparah ketika masuk musim hujan, jalan akan terlihat seperti sungai dan terpaksa bertahan hingga air surut.
"Jorong Sikilang masih terisolir. Apalagi hingga kini belum ada akses jalan yang layak dibuat pemerintah, selain memanfaatkan jalan yang dibuat perkebunan sawit milik perusahaan," terangnya.
Menurutnya, pemerintah sepertinya tidak perduli terhadap masyarakat ditepi pantai yang dihuni ratusan kepala keluarga, khususnya di Jorong Sikilang.
"Pemerintah terkesan tidak peduli dan hingga saat ini belum ada tanda-tanda rencana untuk membangun akses jalan kekampung kami," katanya.
Ia sangat kecewa kepada pemerintah seolah-olah tidak peduli terhadap masyarakatnya. Sebatas yang ia ketahui, serapan dana APBD Pasbar untuk membangun akses jalan dan Jembatan menuju Sikilang masih sangat minim.
"Bisa dikatakan, pada periode bupati lima tahun belakang ini belum ada menyentuh, padahal Sikilang adalah bagian dari wilayah Kabupaten Pasaman Barat," tuturnya.
Menurut keterangan yang dikeluarkan oleh RSI Ibnu Sina AW meninggal sekitar pukul 09.15 Wib., Jum'at (17/07), sebelum mendapat pertolongan lebih lanjut setelah melahirkan sekitar pukul 05.00 Wib., dihari yang sama.
Menurut Nedi (38) salah seorang keluarga korban, AW meninggal saat diperjalanan sekitar pukul 08.00 Wib, Kondisi jalan dari Sikilang menuju Simpang Empat via Sasak Ranah Pasisia rusak dan memprihatinkan sehingga membuat perjalanan mereka terhambat.
"Nyawa saudari kami AW tidak bisa diselamatkan, jalan dari Jorong Sikilang menuju Nagari Sasak begitu parah sehingga tidak bisa ngebut," sebut Nedi.
Ia mengatakan, korban usai melahirkan bayinya dengan selamat di Pustu Jorong Sikilang, Kecamatan Sungai Aur. Namun karena Plasenta bayi belum keluar maka korban terpaksa harus dibawa ke rumah sakit di kabupaten.
"Peralatan medis di Pustu Jorong Sikilang tidak memadai, ambulance pun tidak ada, sehingga harus dirujuk menggunakan Pick Up milik warga ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis lebih lanjut," katanya.
Dia menyebutkan, lebih dari 40 kilometer akses jalan bebatuan dan pasir dengan kondisi memprihatinkan dari Jorong Sikilang melewati Jorong Maligi menuju jalan aspal Sasak - Simpang Empat.
Akibat sulitnya akses jalan untuk ditempuh sehingga memakan waktu lebih dari 2 jam, beberapa kali peristiwa menyedihkan pun sering terjadi yang berakibat meninggalnya warga dalam perjalanan hendak menuju rumah sakit.
"Sudah beberapa orang warga baik ibu hamil maupun pasien sakit lainnya terpaksa harus meregang nyawa diperjalanan dan bahkan ada yang melahirkan diperjalanan karena terlambat mendapat pertolongan medis," ungkap Nedi.
"Nyawa saudari kami AW tidak bisa diselamatkan, jalan dari Jorong Sikilang menuju Nagari Sasak begitu parah sehingga tidak bisa ngebut," sebut Nedi.
Ia mengatakan, korban usai melahirkan bayinya dengan selamat di Pustu Jorong Sikilang, Kecamatan Sungai Aur. Namun karena Plasenta bayi belum keluar maka korban terpaksa harus dibawa ke rumah sakit di kabupaten.
"Peralatan medis di Pustu Jorong Sikilang tidak memadai, ambulance pun tidak ada, sehingga harus dirujuk menggunakan Pick Up milik warga ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis lebih lanjut," katanya.
Dia menyebutkan, lebih dari 40 kilometer akses jalan bebatuan dan pasir dengan kondisi memprihatinkan dari Jorong Sikilang melewati Jorong Maligi menuju jalan aspal Sasak - Simpang Empat.
Akibat sulitnya akses jalan untuk ditempuh sehingga memakan waktu lebih dari 2 jam, beberapa kali peristiwa menyedihkan pun sering terjadi yang berakibat meninggalnya warga dalam perjalanan hendak menuju rumah sakit.
"Sudah beberapa orang warga baik ibu hamil maupun pasien sakit lainnya terpaksa harus meregang nyawa diperjalanan dan bahkan ada yang melahirkan diperjalanan karena terlambat mendapat pertolongan medis," ungkap Nedi.
Sementara masyarakat Sikilang berharap, pemerintah benar-benar memperhatikan masyarakat yang bermukim dipinggir pantai. Kondisi jalan yang rusak itu membuat repot masyarakat yang mengalami sakit untuk segera mendapat perawatan medis.
Ia menerangkan, akses jalan sangat buruk, selain bergelombang dan berlobang, jalan-jalan yang dilalui pun akan diperparah ketika masuk musim hujan, jalan akan terlihat seperti sungai dan terpaksa bertahan hingga air surut.
"Jorong Sikilang masih terisolir. Apalagi hingga kini belum ada akses jalan yang layak dibuat pemerintah, selain memanfaatkan jalan yang dibuat perkebunan sawit milik perusahaan," terangnya.
Menurutnya, pemerintah sepertinya tidak perduli terhadap masyarakat ditepi pantai yang dihuni ratusan kepala keluarga, khususnya di Jorong Sikilang.
"Pemerintah terkesan tidak peduli dan hingga saat ini belum ada tanda-tanda rencana untuk membangun akses jalan kekampung kami," katanya.
Ia sangat kecewa kepada pemerintah seolah-olah tidak peduli terhadap masyarakatnya. Sebatas yang ia ketahui, serapan dana APBD Pasbar untuk membangun akses jalan dan Jembatan menuju Sikilang masih sangat minim.
"Bisa dikatakan, pada periode bupati lima tahun belakang ini belum ada menyentuh, padahal Sikilang adalah bagian dari wilayah Kabupaten Pasaman Barat," tuturnya.
"Sering timbul tanda tanya dihati Kami, apakah Jorong Sikilang tidak termasuk Wilayah Kabupaten Pasaman Barat ? Apakah Kami bukan Warga Pasbar sehingga Kami seakan-akan ditelantarkan dan dilupakan," keluhnya.
Sementara sopir Pick Up Wazir (45) yang mengangkut korban mengatakan, jalan begitu parah sehingga ia tidak bisa ngebut membawa kendaraannya.
"Kalau jalannya bagus, saya bisa kebut bawa pasien, sementara jalan tidak memungkinkan. Ya, saya sebagai warga hanya bisa membantu sampai disini, kasihan anaknya masih kecil-kecil sebanyak 3 orang sudah menjadi piatu," katanya. (Rudy/RD)
Sementara sopir Pick Up Wazir (45) yang mengangkut korban mengatakan, jalan begitu parah sehingga ia tidak bisa ngebut membawa kendaraannya.
"Kalau jalannya bagus, saya bisa kebut bawa pasien, sementara jalan tidak memungkinkan. Ya, saya sebagai warga hanya bisa membantu sampai disini, kasihan anaknya masih kecil-kecil sebanyak 3 orang sudah menjadi piatu," katanya. (Rudy/RD)