Opini
Ditulis Oleh: Sri Gita Wahyuti
(Aktivis Pergerakan Muslimah dan Member AMK)
Baru-baru ini, publik diramaikan oleh munculnya sekelompok
orang yang mendirikan keraton atau kerajaan baru dan mengklaim
dirinya sebagai perkumpulan yang mengatur pemerintahan dunia. Seperti Keraton
Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, mengklaim dirinya sebagai keraton
penerus Kerajaan Majapahit yang akan menjadi penguasa dunia dan kelompok yang
mengatasnamakan dirinya Sunda Empire-Earth Empire yang memprediksi
pemerintahan dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020 mendatang.
Fenomena munculnya berbagai kerajaan ini bukanlah perkara
yang baru. Sebelumnya ada Kerajaan Ubur-Ubur dan Kerajaan Eden.
Menurut Ahmad Buchori, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran, keberadaan perkumpulan tersebut
merupakan cerminan dari krisis frustrasi sosial yang sedang terjadi di
masyarakat, yang muncul akibat adanya kejenuhan atau kebuntuan sebagian warga.
(liputan6.com, 18/1/2020. Gerakan ini menawarkan jalan keluar bagi kebuntuan
zaman dan menjadikan mitos raja-raja terdahulu dan konsep ratu adil.
Pengamat lain memandang, munculnya kerajaan baru
dilatarbelakangi berbagai motif, baik motif ekonomi, yakni untuk mencari
keuntungan dari pengikutnya di mana banyak orang tertarik dan bergabung dalam
kerajaan baru untuk mencari jalan keluar dari persoalan hidup yang
menghimpitnya, sehingga gampang tergiur oleh tawaran tidak rasional sekalipun.
Atau motif politik, mengumpulkan massa untuk pemilihan umum.
Meskipun kasusnya berulang dan membuat resah di
tengah-tengah masyarakat, namun Pemerintah tampaknya belum menunjukan sikap
yang tegas untuk menindak perilaku mereka dan mengusut sumber penyebab mengapa
masyarakat banyak yang stres dan tidak waras. Wakil Presiden Ma'ruf Amin justru
mengatakan bahwa Keraton Agung Sejagat itu seperti khilafah karena melampaui
batas-batas negara. “Itu seperti khilafah. Al-khilafatul udzma ",
ucap Ma’ruf Amin. (nasional.tempo.co, 17/1/2020)
Bermunculannya Kerajaan Baru disebabkan penerapan sistem
kapitalisme sekuler yang gagal menyejahterakan rakyat. Penguasa sering ingkar
janji dan tidak mampu menjalankan fungsi kepemimpinan karena tidak memiliki
konsep yang kuat dan benar bahkan berbasis pada asas yang salah dan batil. Jika
dilihat dari berbagai kebijakannya tampak bahwa penguasa sangat anti terhadap
Islam. Bagaimana mungkin akan terbentuk masyarakat yang beriman jika enggan
menerapkan isi Alquran yang merupakan petunjuk bagi kehidupan manusia.
Rasulullah Saw. pernah mengadu kepada Allah SWT atas umatnya
yang mengabaikan Alquran, sebagaimana firman-Nya:
ÙˆَÙ‚َالَ الرَّسُولُ ÙŠَارَبِّ Ø¥ِÙ†َّ Ù‚َÙˆْÙ…ِÙŠ اتَّØ®َØ°ُوا Ù‡َØ°َا الْÙ‚ُرْØ¡َانَ
Ù…َÙ‡ْجُورًا
Berkata Rasul, “Tuhanku, sungguh kaumku telah
menjadikan Alquran ini suatu yang diabaikan.” (QS al-Furqan: 30).
Menurut mufasir ternama, Imam Ibnu Katsir dalam
kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (2/631), di antara sikap mengabaikan
Alquran adalah tidak mengamalkan isinya dan tidak mau mengambil hukum-hukum
yang ada di dalamnya.
Sistem sekuler kapitalisme telah terbukti gagal
menyejahterakan dan memberian keadilan.
Sehingga menjadi penyebab bermunculannya
masyarakat stres dan tidak waras. Sudah menjadi keharusan untuk mengarahkan solusi pada sistem Islam yang telah terbukti selama 1.300 tahun
menyejahterakan, memberikan keadilan serta mewujudkan masyarakat yang bertakwa
dan beriman. Sehingga masyarakat terhindar dari kehidupan hedonistik,
materialistis apalagi mistik.
Wallahu alam bisshawwab.