Opini
Ditulis Oleh : Sri Gita Wahyuti, A.Md.
Mitra Rakyat.com
Setiap manusia pasti ingin bahagia, ingin tenang dan tentram menjalani kehidupan, jauh dari kesengsaraan dan berbagai macam kesulitan. Ini wajar karena memang Allah SWT telah menciptakan kecenderungan tersebut dalam setiap diri manusia.
Allah SWT telah menciptakan potensi hidup berupa naluri dan kebutuhan jasmani. Allah juga menciptakan akal pada manusia hingga menjadikan manusia berusaha menata kehidupannya menjadi kehidupan yang baik, berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya agar dijauhkan dari kesengsaraan dan malapetaka.
Namun, dimanakah sebenarnya bahagia terletak? Apakah pada banyaknya harta yang kita miliki? Pada banyaknya anak yang kita punya? Atau pada jabatan yang kita pegang?
Jika bahagia terletak pada banyaknya harta, mengapa ada orang kaya yang mengkonsumsi narkoba? Mengapa ada orang kaya yang menjual diri, ada juga orang kaya yang bunuh diri?
Jika bahagia terletak pada banyaknya anak, mengapa ada pembatasan dua anak saja cukup? Mengapa ada orang tua yang justru membunuh anak-anak mereka?
Arti kebahagiaan bagi setiap orang pastinya berbeda. Jika kebahagiaan dipersepsikan sebagai ketercapaian atas sesuatu yang diinginkan maka jika seseorang sudah berada pada batas tersebut ia sudah bisa disebut orang yang berbahagia.
Bagi kaum muslimin, memaknai bahagia adalah dengan menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Allah SWT, beribadah kepada Nya dan yakin akan kembali kepada Allah SWT lagi.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin, jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR. Muslim).
Demikianlah kehidupan kaum muslimin, ketika diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur dan mengakui bahwa seluruh nikmat datang dari Allah SWT. Dan ketika ditimpa musibah, maka ia akan bersabar. Sehingga tidak ada kehidupan yang lebih bahagia selain kehidupan seorang muslim.
Wallahu a'lam bisshawab.