Demi Infrastruktur, Rakyat terkubur (1)
Opini
Ditulis Oleh: Siti Aisah, S. Pd
(Guru dan Member Akademi Menulis Kreatif Bandung)
Mitra rakyat.com
“Jangan Ditentang Matahari Condong, Takut Terturut Jalan Tak Berintis”. Pribahasa ini menjelaskan arti bahwasanya hendaklah diri selalu ingat dan cermat, janganlah teperdaya ataukah tergoda akan sesuatu yang indah, tetapi mungkin mendatangkan bahaya. Itulah gambaran mengenai betapa indahnya transportasi ala milenial yaitu kereta cepat. Hal ini dikarenakan waktu yang biasa ditempuh lama akan begitu singkat dan aksesnya pun begitu memudahkan orang, fasilitas canggih akan di dapat sehingga perjalanan jauh pun tidak terasa. Selain itu menghindari panas atau hujan serta ancaman kemacetan parah sudah tidak akan dialami lagi. Walhasil, kereta cepat ini mampu mempersingkat waktu yang sekaligus membuat nyaman perjalanan. Namun, semua itu harus dibayar dengan ancaman ratusan rumah warga Kompleks Tipar Silih Asih, RT 04/13, Desa Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang mengalami retak‑retak dibagian dinding akibat pengeboman pada proyek pembangunan terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) di Gunung Bohong. (jabar.tribunnews.com, 19/10/2019)
Itulah fakta yang terjadi ketika pembangunan infrastruktur hanya dilihat dari segi keuntungan semata. Atas nama liberalisasi layanan transportasi tercanggih mampu mengaburkan keselamatan rakyat dan mampu menyebabkan masyarakat sebagai pengguna transportasi terzhalimi. Pembangunan infrastruktur transportasi ini dibangun berlandaskan liberalisasi, karena segala sesuatu diserahkan kepada swasta, negara seolah-olah hanya sebagai fasilitator antara kebutuhan rakyat yang harus dipenuhi dan swasta sebagai penyedia fasilitas infrastruktur. Tak pelak harga yang membumbung tinggi harus dikeluarkan, jika ingin melintasi tol yang telah rampung dibangun.
Indah memang nampak pembangunan infrastruktur rezim neolib saat ini. Periode pertama yang menggembar-gemborkan berbagai pembangunan infrastruktur di mana-mana, namun sayang keindahan dan kenyamanan yang akan diraih tidak berdampak, hal ini dikarenakan proyeknya mengenai itu tidak memikirkan dampak buruk dan bahaya yang akan terjadi pada lingkungan masyarakat sekitar. Tinta emas sejarah kegemilangan Khilafah melindungi rakyatnya, mencatat bahwasanya tdk boleh ada bahaya menimpa masyarakat dalam pembangunan infrastruktur dan penyediaan layanan transportasi yang sahih sesuai syariat Islam yang memberi jaminan keamanan bagi seluruh rakyatnya. Kisah Khalifah Umar Alfaruq yang menyediakan pos dana khusus dari Baitul Maal untuk mendanai infrastruktur, khususnya jalan dan semua hal ihwal lainnya yang terkait dengan sarana dan prasarana jalan. Perlu dicatat juga dana ini bukan dari dana hutang yang berkedok hibah.
Pembangunan ini tiada lain untuk memudahkan transportasi antara berbagai kawasan Negara Islam. Khalifah Umar juga menyediakan sejumlah besar unta secara khusus, karena mengingat kala itu unta merupakan salah satu alat transportasi yang tersedia untuk mempermudah perpindahan. Semua ini sangat berguna bagi orang yang tidak memiliki kendaraan. Masyarakat Daulah menggunakannya untuk berbagai perjalanan seperti ke Jazirah Syam dan Irak. Perlu diketahui pula persoalan dana pembangunan proyek infrastruktur dalam Islam bukanlah sesuatu yang sulit. Hal ini dikarenakan Daulah menerapkan sistem ekonomi Islam.
Sistem ekonomi Islam meniscayakan sebuah negara mengelola seluruh kekayaan yang dimilikinya agar mampu membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk kemaslahatan publik. Dengan pengelolaan kekayaan umum (Milkiyyah ‘ammah) dan kekayaan Negara (Milkiyyah Daulah), mampu membiayai penyelenggaraan negara tanpa harus ngutang, termasuk untuk membangun infrastruktur transportasinya. Kondisi ini berbeda jauh dengan sistem ekonomi kapitalis seperti sekarang ini yang berujung dan bertumpu pada investor asing sehingga tidak hanya sibuk memikirkan berapa besar investasi yang diperlukan, dari mana asalnya tapi juga harus berpikir bagaimana mengembalikan investasi atau mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut.