Proyek Peningkatan Jalan Teluk Bayur-Nipah-Purus (DAK) milik DPUPR Provinsi Sumatera Barat diduga Langgar Spesifikasi oleh PT.Dhamor Utama
Mitra Rakyat.com(Padang)
Pekerjaan peningkatan pembangunan jalan provinsi Teluk Bayur-Nipah-Purus sepanjang 1400 meter disinyalir langgar spesifikasi dalam menggunakan material oleh PT.Dhamor Utama(DU) selaku pelaksana. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang digunakan sebesar Rp 7.217.378.978.00,- dengan nomor kontrak 620/20/KTR-BM/2019, dikerjakan selama 210 hari kalender.
Sebab, diperjalanannya kegiatan yang memasuki minggu ke 8 ini, diduga pada pemakaian urugan atau timbunan pilihan yang tidak sesuai speks, kuat dugaan rekanan menggunakan batu pecahan gunung yang berasal dari Stand Crusher tidak memiliki izin.
Saat ditanya menyangkut nama perusahaan yang produksi spilit besar-besar itu, pengawas mengatakan tidak tahu kepada beberapa awak media, pada Kamis(01/08) kemarin dilokasi pekerjaan.
Terpantau beberapa awak media pada waktu itu dilokasi kegiatan. Ditemukan, urugan didominasi batu pecahan gunung yang ukuran besar, kemudian batu pecahan gunung dicampur dengan tanah gunung selanjutnya dipadatkan.
Waktu dikonfirmasi kepada Bambang selaku pengawas lapangan dari PT. Alocita Mandiri mengatakan, " timbunan pilihan yang digunakan rekanan (PT.Dhamor Utama) untuk jalan sudah sesuai dengan spek yang semestinya, bahkan Bambang menjamin urugan lebih bagus dari yang ada didokumen", jelas Bambang.
Bambang konsultan pengawas dari PT.Alicio Mandiri saat diwawancara oleh awak media
Dukungan batu pecahan(spilit) itu didatangkan dari daerah perbatasan Pessel-Padang, tepatnya diKelok Jariang, tambahnya.
Nama perusahaan yang mendatangkan batu spilit tersebut, Bambang mengatakan "tidak mengetahuinya, tapi Bambang menyebutkan prodesen galian C (Stand Crusher) miliki izin tambang, Bambang juga menyebutkan", PT. Dhamor Utama merupakan milik salah satu pengusaha sekaligus politikus yang cukup dikenal kalangan masyarakat provinsi ini dengan inisial AC", pungkasnya.
Romi salah satu warga kota padang pemerhati pembangunan infrastruktur menilai, "banyaknya produk gagal atau pembangunan infrastruktur dengan kualitas buruk tiap tahunnya dikota ini terus bertambah. Ini disebabkan tidak terlepas dari lemahnya peranan konsultan pengawas pada pekerjaan infrastruktur tersebut", sebut Romi, pada Jumat(02/08)tadi dikantornya.
Ada banyak cara oleh rekanan meraut keuntungan semaksimal mungkin dalam pembangunan proyek jalan, sehingga kontraktor bisa tambah kaya biarpun jalan jadi cepat rusak, yang penting nggak ketahuan KPK alias AMAN", kata Romi.
Diantaranya, "Mengurangi ketebalan konstruksi yang ada, misalnya kata Romi, "tebal Aggregat Klas A yang seharusnya 12 cm cukup dipasang 8 cm saja, sehingga bisa didapat penghematan 35 persen, sebutnya.
Seterusnya memanfaatkan material yang sudah ada dilokasi, contohnya," Aggregat yang sudah ada langsung diurug sekedarnya dengan aggregat tambahan juga bisa datangakan keuntungan bagi rekanan ", tandas Romi.
Memasang patok STA tidak pada tempat yang seharusnya, misalnya, jarak patok yang seharusnya 50 meter cukup dipasang 45 meter, itu juga lumayan untungnya", cakapnya.
Membuat Addendum Kontrak akal-akalan, juga jadi salah satu trik, sehingga bisa menambah volume pekerjaan dan memperpanjang waktu pelaksanaan, supaya tidak kena denda apabila terlambat. Apalagi lokasi kegiatan jauh dari pemukiman masyarakat, rekanan dengan riang gembira bekerja asal-asalan, itulah sedikit trik agar korupsi dipekerjaan jalan tidak ketahuan alian aman oleh kontrakator, pungkas Romi.
Sampai berita ini diterbitkan awak media masih upaya konfirmasi pihak terkait lainnya*tim ikw*