Lagi-lagi Banjir, Islam Solusinya
Opini
Ditulis Oleh : Nuni Toid
Pegiat Dakwah dan Member
Akademi Menulis Kreatif
Mitra Rakyat.com
Musim hujan telah tiba.
Semua penduduk bumi tanpa terkecuali
bersyukur dan bergembira menyambut musim ini. Betapa tidak, tanah yang tadinya
kering subur kembali, hutan yang gundul menghijau kembali. Dan sumur-sumur warga
yang kekeringan pun mulai mengalir lagi. Karena hujan adalah rahmat dari Allah
Swt yang tak ternilai harganya. Namun kita perlu waspada karena di musim hujan
pun banyak terjadi bencana. Seperti
bencana banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya.
Seperti yang terjadi saat
ini. Karena guyuran akibat air hujan yang berkepanjangan menimbulkan bencana
banjir di sejumlah wilayah yang ada di kabupaten Bandung khususnya di wilayah
Cileunyi.
Dilansir oleh 86News.com
(Jum'at, 07/02/2020) bahwa guyuran akibat air hujan yang berkepanjangan menimbulkan
bencana banjir di sejumlah wilayah yang ada di Kabupaten Bandung khususnya di
wilayah Cileunyi ada beberapa wilayah di Kecamatan Cileunyi yang salah satunya
seperti yang terjadi di Kompleks Taman Cileunyi RW. 22 Desa Cileunyi Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung dan komplek Bumi Panyawangan Cluster Mahoni, Cempaka
dan Rasamala Desa Cileunyi Kulon Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung terkena
dampak banjir akibat tanggul sungai yang ada di sekitar kompleks pemukiman
warga jebol.
Jebolnya tanggul sungai
mengakibatkan beberapa ruas akses jalan yang ada di Kompleks Taman Cileunyi dan
Kompleks Bumi Panyawangan Desa Cileunyi Kulon Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung ini terendam oleh banjir.
Intensitas hujan yang
cukup tinggi menjadi faktor utama jebolnya
tanggul sungai tersebut. Debit air yang cukup deras dan dalam kapasitas tinggi
menyebabkan dinding tembok tidak kuat untuk menahan arus air sehingga jebol,
air meluap, kemudian merendam akses jalan yang ada di beberapa ruas jalan di
area kompleks tersebut.
Dari hasil pantauan
Bhabinkamtibmas Desa Cileunyi Kulon Polresta Bandung Aiptu S.I Mardiana
mengatakan bahwa ketinggian air akibat banjir yang merendam air Kompleks Taman
Cileunyi sekitar 60 cm/setara dengan lutut orang dewasa, akibatnya aktivitas warga
pun menjadi terhambat sehingga kendaraan roda 2 maupun roda 4 tidak dapat melintasi jalan tersebut.
Kapolres Bandung Kombes Pol
Hendra Kurniawan, S. IK melalui Kapolsek Cileunyi Kompol Sururi, SH mengatakan
bahwa "Bhabinkamtibmas Desa yang di wilayahnya terkena dampak bencana
banjir harus sering monitor dan pantau perkembangan situasi serta berikan
pelayanan yang prima supaya kehadiran polri di tengah-tengah masyarakat dapat
dirasakan sepenuhnya, sehingga dengan adanya polri di lapangan segala perkembangan
terkait masalah banjir dapat segera ditangani dan diatasi secara profesional
dan dengan cepat merespon."
Miris. Setiap musim hujan
masyarakat selalu dibayangi ketakutan akan bencana yang selalu datang di musim
ini. Dan melihat beberapa fakta di atas,
bisa kita simpulkan ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya bencana banjir. Di antara penyebabnya karena
faktor alam dan akibat ulah manusia itu
sendiri.
Hujan adalah rahmat dari Sang Maha Kuasa. Tapi apabila hujan
turun terus-menerus dengan kapasitas yang tinggi akan membuat tanggul yang
fungsinya sebagai penampung dan penahan air lambat laun akan mengalami
kerusakan dan akhirnya ambruk. Tetapi karena dalam pembangunannya dipegang oleh
pemilik modal (pengusaha) maka wajar dalam pengelolaannya tidaklah sempurna,
Dan dikerjakan dengan asal-asalan dengan
tidak profesional dan tidak
memperhatikan dampaknya bagi masyarakat
dan lingkungan.
Kondisi ini juga diperparah
dengan kebiasaan masyarakat yang belum sadar pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Hingga akhirnya sampah menumpuk banyak di sungai-sungai, got-got. Hingga
kemudian menghalangi saluran air dan menyebabkan air sungai meluap, maka
terjadilah banjir.
Faktor lain yang tak kalah
pentingnya adalah penggundulan hutan, penambangan pohon liar dan pembakaran
hutan yang disebabkan oleh segelintir kepentingan manusia. Pegunungan dan hutan
yang harusnya berfungsi sebagai penyerapan air hujan kini beralih lahan menjadi
perkebunan, dan perladangan.
Bahkan sebagian besar hutan
yang gundul dibangun untuk perumahan, pertokoan, dan fasilitas yang lain.
Dengan tidak mengindahkan dampak lingkungan yang akan terjadi. Akibatnya bila
musim hujan tiba akan terjadi bencana banjir dikarenakan tidak adanya pohon
yang mampu menyerap air hujan melalui akar-akarnya. dan hutan yang gundul
bisa mengakibatkan erosi tanah.
Untuk mengembalikan fungsi
gunung dan hutan sebagai penyimpan dan penyerapan air, harusnya ada upaya dari
masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Seperti tidak merusak hutan. Adalah dengan cara reboisasi yaitu penanaman
pohon kembali.
Beberapa manfaat reboisasi,
diantaranya adalah: Pertama, mengembalikan vegetasi yang hilang. Kedua,
mengembalikan kelangsungan kehidupan karena bila banyak pohon maka air yang
tersimpan dalam tanah makin banyak dan bermanfaat untuk makhluk hidup.
Ketiga, adalah untuk mengembalikan
keseimbangan alam dan keseimbangan ekosistem yang mengakibatkan munculnya
spesies-spesies baru untuk penghuni hutan tersebut.
Keempat, adalah dapat
meningkatkan kualitas udara dan mencegah dampak pemanasan global karena adanya
karbon yang diserap atmosfer. Dan karbon itulah yang akan membantu tanaman
melakukan proses fotosintesis.
Disamping itu masyarakat
dituntut untuk ikut aktif berperan, menjaga dan memiliki kesadaran serta
kepedulian dalam menjaga kelestarian lingkungan dari tangan orang yang tidak
bertanggung jawab.
Tapi dari semua faktor yang
diuraikan di atas ada faktor yang sangat berperan dan paling berbahaya dalam menyebabkan berulangnya bencana banjir
dan bencana alam yang lain adalah kurang tepatnya sistematik dalam pengaturan
tata kelola kota. Sehingga usaha mengatasi bencana banjir secara teknis
tidaklah mencukupi. Hanya sekedar tambal sulam saja. Karena masalah
utamanya adalah penguasa menerapkan
sistem kapitalisme-sekularisme.
Sistem kapitalisme yang
didasarkan pada pertumbuhan ekonomi, memberikan ruang seluas-luasnya bagi
penguasa dan pemilik modal (pengusaha) untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Maka tak heran
saat profit oriented menjadi tujuan utama dari pemangku kebijakan. Maka
muncullah banyak aturan yang memberikan kemudahan dalam pembangunan industri,
perkantoran, perumahan, pertokoan, dan bisnis menggiurkan lainnya seperti villa
dan hotel mewah.
Dan maraknya pembangunan
yang tidak diiringi dengan efek kelanjutannya pada lingkungan sekitar. Hingga
mengakibatkan hilangnya ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Akhirnya
kemungkinan air terserap akan semakin kecil. Jika pun ada solusi ingin menambah
jumlah gorong-gorong, kanal-kanal, kolam retensi seperti danau, waduk, dan
embung. Tapi akan sulit dilakukan karena sebagian besar tanah sudah berganti
menjadi aspal dan beton.
Begitupun dengan aturan
agama yang dijauhkan dari kehidupan. Bahwa itu adalah sekularisme yang merusak.
Sehingga dalam berbisnis tidak
memikirkan dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya. Mereka melupakan dan
mengenyampingkan aturan agama. Tidak merasa takut bahwa mereka diawasi oleh
Sang Maha Pengawas yaitu Allah Swt. Mereka pun tidak merasa berdosa kalau di kehidupan nanti akan dipertanggungjawabkan
atas apa yang telah diperbuat dan dilakukan.
Dengan keserakahan dan kerakusannya mereka menebang pohon liar, membakar hutan
dan menjadikan pegunungan berubah alih menjadi
lahan perkebunan dan pertanian.
Maka permasalahan bencana
banjir yang terjadi terus menerus setiap
tahunnya tidak akan bisa terselesaikan dengan cara teknis saja. Karena sistem kapitalisme-sekularisme telah
terbukti nyata melahirkan banyak
kebijakan yang hanya berpihak pada kepentingan penguasa dan pemilik modal
(pengusaha). Bahkan nilai-nilai kapitalisme-sekularisme telah nyata mengabaikan
rusaknya ekologi alam dan hajat hidup manusia. Tak heran jika kerusakan dan
bencana terus terjadi. Seperti firman Allah Swt :
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan
manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)," (TQS
ar-Ruum [30]: 41)
Berbeda jauh dengan sistem
Islam. Islam adalah agama yang sempurna yang di dalamnya terdapat aturan yang
lengkap dan benar yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
Dalam mengatasi bencana
banjir, Islam menjamin pembangunan harus selalu menjaga keseimbangan
lingkungan. Ekonomi Islam tidak tersentralisasi dan berorientasi pertumbuhan
semata, melainkan lebih berorientasi pada distribusi.
Aktivitas ekonomi akan merata di seluruh penjuru negeri. Yang
berimbas pada menurunnya kepadatan kota. Hal ini karena prinsip tata kota dalam
Islam dikembangkan dengan memberikan daya dukung lingkungan. Karena Islam
melarang bersikap zalim terhadap sesama manusia, hewan maupun tumbuhan.
Islam juga menetapkan
tentang status kepemilikan harta di dunia. Dimana terbagi menjadi tiga, yaitu
kepemilikan umum, negara dan individu. Kepemilikan umum: Barang tambang yang
terus-menerus tidak habis-habis. Dan kepemilikan negara berupa sumber alam yang melimpah,
seperti: Gunung, danau, tanah yang ditinggalkan pemiliknya karena kalah perang
dan lain-lain. Jenis ini tidak boleh dikuasakan dan diserahkan pengelolaannya
pada individu. Negara tidak berhak mengubah kepemilikan umum menjadi milik
individu. Apapun dalihnya. Termasuk membiarkan pembangunan pemukiman yang mengancam keberadaan daerah tersebut.
Pembangunan pemukiman atau
fasilitas publik lain dilakukan dengan mengutamakan faktor sanitasi karena
Islam sangat menjunjung tinggi kebersihan. Maka saluran pembuangan pun menjadi
aspek yang tidak boleh ditinggalkan. Termasuk saluran drainase yang memudahkan
air mengalir dengan daya tampung yang mencukupi.
Dan di masa keemasan Islam,
bendungan-bendungan dengan berbagai tipe telah dibangun untuk mencegah bencana
banjir maupun untuk keperluan irigasi. Di provinsi Khuzestan, tepatnya di
daerah Iran Selatan masih berdiri bendungan-bendungan dengan kokoh untuk
irigasi dan pencegahan banjir.
Pada masa khilafah Islam.
Secara berkala, khilafah mengeruk lumpur-lumpur di sungai, daerah aliran air
agar tidak terjadi pendangkalan. Khilafah juga sangat ketat dalam menjaga
kebersihan sungai, danau dan kanal dengan cara memberikan sanksi bagi siapa
saja yang mencemari air sungai, danau dan kanal.
Khilafah juga membentuk
badan khusus yang menangani bencana-bencana alam yang dilengkapi dengan
peralatan-peralatan berat, evakuasi,
pengobatan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana.
Khilafah pun akan cepat
tanggap menangani korban bencana banjir dan bencana alam. Khilafah akan segera
bertindak cepat dengan melibatkan seluruh warga yang dekat dengan daerah
bencana. Khilafah menyediakan tenda, makanan, pakaian, dan pengobatan yang layak agar korban bencana alam tidak menderita
kesakitan akibat penyakit, kekurangan makanan atau tempat istirahat yang tidak memadai.
Kemampuan peradaban Islam
dalam mengatasi bencana banjir dan bencana lain bertahan selama berabad-abad.
Ini adalah buah dari keimanan, ketaatan kepada Allah Swt. Dan keteguhan dalam
mempelajari sunnatullah sehingga mampu menggunakan teknologi yang tepat dalam
mengelola air dan mengatasi bencana banjir.
Demikianlah gemilangnya
peradaban Islam ketika diterapkan di muka bumi ini. Khilafah telah terbukti
nyata mampu mengatasi bencana banjir akibat ulah manusia.
Maka sudah saatnya kita
kembali kepada syariah Islam yaitu dengan menerapkan Islam kafah dalam Daulah
Khilafah Islam. Wallahu a'lam bishshawab